Mei 20, 2012

Antara Bolos, Boriel or Bakso


Boriel, bakso riel ????                  
Engaa’ gue ga suka bakso. . . . . !!!! jawab gue ketus.
Hahahaa…. dasar Boriel, makanya jangan pernah  bolos, jadi ketiban tukang bakso kan…
Eh bor, sekarang  lo pilih Bolos, Boriel atau Bakso ?? tanya Bryan, dengan nada penuh ledekan.
Hemmmm. Gue rasa ga perlu ditanya yan, ya pasti Boriel lah pilihannya… sambung Yongki sambil tertawa menggelegar.
            Eeerrrgghhhh, Mereka benar-benar keterlaluan. Sekarang  hati gue bagaikan di panggang diatas api unggun yang membara. Gue yang tadinya darah rendah tapi mendadak hyper tensi karna cemoohan mereka. Kalau seandainya ditangan gue ada samurai, udah gue sikat mereka satu-persatu secara jantan. Namun sayangnya gue hanya seorang pelajar yang ga punya senjata apa-apa. Boro-boro bawa senjata ke sekolah, bawa buku aja udah syukur.
***
            Nama gue Aulira Albiant, biasa di panggil Ara. Tapi, sejak berada di bangku sekolah menengah pertama gue udah terbiasa di panggil Boriel sama teman satu sekolahan gue. Maklumlah, seantero sekolah juga udah pada tau kalo gue begitu menggilai band asal kota kembang itu. Hampir tiap hari gue gag pernah absen buat ngomongin hal seputaran tentang peterpan. Tapi, terhitung sejak tiga minggu yang lalu setelah kejadian itu, kini gue selalu jadi bahan ledekan mereka dengan julukan baru “Boriel suka Bolos ketiban tukang Bakso” huhh, menyebalkan.
            Ceritanya begini :
            Pagi itu, gue udah disodorin berita bahagia dari radio favorite gue yang katanya Boriel cs bakalan konser sekigus ngadain jumpa fans di radio kesayangan gue. Wahhh amazing, gue berasa terbang kelangit ketujuh mendengar berita tersebut. Rasanya dunia ini cuma milik gue sama personel peterpan dan gag ada tempat buat yang lainnya *hahaha.. serakahnya*. Semuanya udah gue bayangin, gimana jadinya kalo gue ketemu sama mereka, apa yang bakal gue lakuin kalo ketemu mereka, bahkan gue juga udah berlatih di depan kaca gimana  pose yang bagus saat foto bareng dengan peterpan nanti.
            Tapi yang jadi masalah, gue gag tau gimana caranya buat ketemu sama mereka. Karena jadwalnya tabrakan, peterpan bakal ngadain jumpa fans disaat gue sekolah. Sekarang gue benar-benar pusing tujuh keliling. Udah seminggu gue mikirin, gimana caranya biar bisa  ketemu sama mereka nanti tanpa absen dari sekolah dan tanpa ketahuan sama nyokab. Hemm, banar-benar masalah yang pelik. Gue udah mengotak-atik semua ide-ide busuk yang ada di pikiran gue tapi hasilnya tetap aja nihil.
            Aha, bolos. . . What, bolos ????
                Aaaaaaaaaaaa, engaaaaaaaaa’. . . . . kali ini batin, hati, sama keinginan gue berkecamuk gag karuan. Ide yang diberikan Mitha teman sekelas gue benar-benar gila. Mungkin buat dia bolos adalah hal yang biasa, tapi kalo buat gue ?? gue ga pernah bolos dari sekolah. Selama ini gue dikenal anak yang rajin, selalu datang tepat waktu, jangankan bolos absen aja gag pernah. Nah, kalo sekarang gue bolos. Apa jadinya ??
                Waktu terus berputar,  dalam hitungan jam hari H itu akan segera tiba. Dan gue masih belum menemukan cara yang tepat agar bisa ketemu peterpan tanpa menimbulkan resiko.
                Rabu, 15 July 2009. Ini adalah hari yang paling gue nantikan. Dimana untuk pertama kalinya peterpan datang ke kota gue. Dan setelah melalui proses pemikran yang sangat dan teramat panjang, akhirnya gue memilih jalan pikirannya Mitha untuk bolos sekolah pada jam pelajaran Bu sally hari ini. Semuanya udah disusun sesuai rencana. Kali ini gue gag sendirian, gue ditemanin Mitha yang udah dikenal sebagai Ratu Bolos. Rasanya jalan gue menuju Roma akan menjadi mudah dengan bantuan Mitha si ratu bolos.
                Dalam perjalanan menuju tempat dimana peterpan bakal menggelar jumpa fans. Gue dihadang sebuah masalah besar. Karena saking girangnya dan terburu-buru mengejar waktu. Gue mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi.
                Dan tiba-tiba.  Gubraaaaaakkkk…..’’
                Wuaaaaaaaaaa.. Oh My God, ternyata gue menabrak gerobak bakso. Tapi untugnya gue dan Mitha gag kenapa-kenapa, kami hanya terjatuh di rerumputan. Hanya saja, kaki gue yang sebelah kiri keseleo. Jantung gue berdegub gag karuan, nafas gue berhembus gag beraturan. Ketika didapati, gerobak bakso itu hancur berantakan. Gue benar-benar gag tau harus berbuat apa. Dan kali ini Mitha sepertinya benar-benar menjadi malaikat penolong buat gue. Dia berdiri, dan kembali mengendarai sepeda motor. Kami memilih jalan pintas “kaboooooooooooorrrrr………”
                Dua hari setelah kejadian itu, semuanya berjalan seperti biasa. Sepertinya tidak ada yang tau kalau dua hari yang lalu gue cabut dari sekolah. Hmm, walaupun gag jadi ketemu dengan peterpan tapi gue bersyukur gag di samperin ama tukang bakso yang kemarin. Tapi, tetep aja gue nyesal banget, semua planning gue berantakkan gara-gara tukang bakso itu.
                Bor, lo di panggil sama bu Sally ke ruang kepsek.. what, gue ????
                Mood gue mendadak hilang, pikaran gue buyar. Dalam hati, gue menyimpan segudang pertanyaan. Kenapa bu Sally memanggil gue ?? Dan setibanya di pintu ruangan, langkah gue terhenti, jantung gue seakan berhenti berdetak, bahkan nafas gue rasanya juga ikut-ikutan berhenti berhembus.
                Gue merasakan goncangan dahsyat sebesar 8,5 SR. Wuaaaaaaaaa, ini benar-benar kematian. Bibir gue terkatup rapat, seakan tak mampu mengucapkan sepatah kata lagi. Keringat gue bercucuran. Langkah gue gemetaran. Ketika gue lihat diruangan, ada seorang lelaki yang ternyata adalah tukang bakso yang dua hari lalu gue tabrak.  Tapi gue berusaha menenangi diri dan berjalan perlahan memasuki ruangan kepsek.
                Gue masih bingung, dari mana pria itu tau kalo gue bersekolah disini. Ternyata dan ternyata, dia mendapatkan kartu pelajar gue yang terjatuh ketika kejadian tabrak lari itu. Gue hanya bisa mematung dihadapan kepala sekolah dan wali kelas gue bu Sally, tanpa berbuat apa-apa dan berkilah sepatah katapun. Gue pasrah. Keputusannya adalah gue di skor selama satu minggu dan diharuskan mengganti rugi sebesar Rp. 450.000. Kepaksa deh gue bongkar celengan dari pada minta dengan nyokab, gue di gantung. Dan sementara Mitha, dia sama sekali ga ketahuan. Ya wajarlah, ratu bolos dilawan.                
Yah, satu minggu bukanlah waktu yang sebentar. Tapi, tak apalah. Ini akan jadi pengalaman baru dan berharga buat gue. Pasalnya, sepanjang 10 tahun mengenyam bangku pendidikan sampe gue duduk di kelas 2 SMA, gue belum pernah tuh ngelakuin hal senekat ini. Hemm, lumayanlah buat goresan hitam di diary dan untuk diceritaan ke cucu cicit gue nanti. . . hahahahaaahaaa
Apa sih yang engga’ buat lo Bor …………….
***

2 komentar:

eljihadi mengatakan...

waah, bagus ceritanyaaa..
ditunggu cerita2 berikutnyaaa.
salam kenal www.eljihadi.com

izzawa mengatakan...

hehe..baguuss..
Ditunggu kelanjutanya yaa..
Http://berteriaklah.blogspot.com